pertengahan tahun 2007, badrun kembali dipertemukan dengan penyakit tersebut. penyakit yang sebenernya uda mulai bisa dia lupain saat pertama kali dia menginjakkan kaki di kota barunya ini. kanker emang kaya jelangkung, dateng nggak dijemput, pulang nggak dianter. dia bisa tiba-tiba aja dateng lagi dan ngerusak semua perjuangan badrun untuk ngelupain 6 huruf laknat itu.
hampir 2 minggu badrun 'numpang' nginep di salah satu rumah sakit di kota itu. kembali ke rumah sakit adalah kembali menuju ke tempat yang paling dibenci badrun. sejak vonis itu keluar, badrun emang sangat antipati dengan yang namanya rumah sakit. kalo nggak karena terpaksa banget, haram hukumnya buat pergi kesana, bahkan buat dia mungkin lebih haram dari makan daging anj*ng. kembali ke rumah sakit, adalah kembali dengan ingatan akan semua yang terjadi beberapa tahun sebelumnya. saat badrun tervonis, saat badrun dinyatakan menjadi manusia pesakitan, menjadi manusia yang umurnya bisa diitung oleh medis. itu yang buat badrun benci dengan tim medis, badrun sangat percaya kalo maut itu di tangan Tuhan, dan dia memaksa dirinya untuk nggak percaya dengan 'prediksi' medis dan vonis kanker yang ada di tubuhnya.
badrun selalu begitu, dia selalu berusaha untuk menganggap kanker itu sebagai penyakit yang biasa-biasa aja, gak lebih ganas dari influensa.
kanker emang ganas, tapi semangat hidup badrun lebih ganas dari sekedar gumpalan kecil itu, badrun selalu bangkit tiap kali jatoh, tiap kali ia mengingat sebuah obrolan terlarang yang nggak sengaja ia denger antara dokter dan orang tuanya beberapa tahun lalu. badrun selalu berfikir, waktu terus berlalu, dan berjalan sangat cepat, sampe berapa lama tubuhnya masih bisa berbohong ke orang tentang penyakit yang ia derita, semakin lama tubuh badrun akan menunjukkan gejala-gejala tersebut. yang ada di pikiran badrun adalah selalu berusaha untuk hidup seperti orang normal, dan sebisa mungkin meminimalisir orang-orang yang tau tentang rahasia besar ini.
beratnya hidup badrun, ternyata bukan hanya melulu tentang penyakitnya, pertengahan tahun 2008, Tuhan kembali 'mengetes' kwalitas manusia badrun, di tahun tersebut, bokap badrun mengalami kecelakaan beruntun hebat, yang membuat bokap badrun mengalami koma berhari-hari. badrun depresi berat, tim dokter secara 'baiknya' mengucapkan kata-kata manisnya 'doakan yang terbaik buat bapak, tim dokter akan berusaha semaksimal mungkin, tapi kemungkinannnya 50-50'. sebuah kalimat manis yang seketika mampu menghancurkan badrun kala itu.
bersambung...
No comments:
Post a Comment